Sejarah Bowling: Dari Makam Mesir Kuno Hingga Arena Modern | Blog Olahraga

Bowling bukan sekadar hobi akhir pekan. Olahraga ini menyimpan perjalanan panjang yang dimulai ribuan tahun silam—dari ritual keagamaan hingga jadi hiburan global. Yuk, telusuri lika-liku sejarahnya yang penuh kejutan!
Asal-Usul Kuno: Bukan Sekadar Permainan
Pada 1930, arkeolog Inggris, Sir Flinders Petrie, menggali makam Mesir Kuno berusia 5.200 tahun. Di dalamnya, ia menemukan bola batu dan sembilan pin dari porfir. Benda-benda ini diduga alat ritual keabadian—bukti bowling sudah ada sejak 3.200 SM 1. Sementara di Polinesia, suku-suku lokal bermain ula maika: melemparkan batu vulkanik ke target 18 meter. Tradisi ini bertahan hingga abad ke-18!
Eropa Abad Pertengahan: Dari Gereja ke Gang Bir
Abad ke-3 M, bangsa Jerman menjadikan bowling bagian dari ritual ziarah. Pemain yang menjatuhkan pin kayu dianggap “suci”. Tapi gereja melarangnya karena dianggap judi! Raja Edward III bahkan mengharamkan bowling di Inggris tahun 1366. Alasannya? Prajuritnya kecanduan main pin ketimbang latihan panah.
Di Belanda abad ke-17, warga memainkan Dutch pins di tanah lapang. Imigran Belanda lalu membawanya ke AS—dan Dutch pins berevolusi jadi “ninepin bowling”. Namun, lagi-ligi dilarang! Alasannya? Maraknya taruhan ilegal. Solusinya? Ditambahkan pin ke-10 agar lolos aturan!
Revolusi Industri: Lahirnya Bowling Modern
Tahun 1841, Connecticut resmi mencabut larangan ninepin. Arena bowling pertama AS, Knickerbocker Alleys, pun berdiri di New York (1840). Tapi masalah baru muncul: pin masih disusun manual oleh pin boys.
Terobosan datang tahun 1946. Gottfried Schmidt, insinyur mesin Jerman, menciptakan pin-setter otomatis. Mesin ini menggantikan peran pin boys dan memangkas biaya operasi. Tak lama, AMF (American Machine and Foundry) membeli patennya—dan boom! Lintasan bowling merambah seluruh AS.
Bowling Masuk Indonesia: Dari Elit ke Komunitas
Di Indonesia, bowling baru populer tahun 1980-an. Arena pertama muncul di Jakarta dan Bandung, awalnya sebagai hiburan ekspatriat. Tahun 1990-an, Malaysia menggelar Franchise Bowling Tournament—kompetisi beregu 4 orang (campur pria-wanita) dengan sistem cross-lane 1. Indonesia menyusul dengan kejuaraan seperti Fun Bowling Tournament 2025, yang jadi ajang pencarian bakat atlet nasional.
Perkembangan signifikan terjadi saat Bowlinc membuka venue di PIK2 (2024). Dengan 32 lintasan berstandar internasional, tempat ini jadi pusat pelatihan atlet muda. “Kami ingin lahirkan pebowling berprestasi dunia,” ujar manajernya.
Teknologi Abad 21: Dari Analog ke Digital
- Material Bola: Dari batu → kayu (Jerman abad ke-4) → karet (1905) → urethane (1980-an) → reactive resin (1990-an).
- Skoring: Papan manual diganti sistem digital yang hitung strike, spare, dan split secara otomatis.
- Lintasan: Kayu maple → sintetis HPL (tahan lembap dan gores).
Inovasi terbaru? AR Glasses! Pemain bisa melihat trajectory bola dan titik optimal lemparan.
Bowling Kini: Olahraga atau Gaya Hidup?
Bowling telah melampaui statusnya sebagai sekadar permainan. Ia jadi ruang sosial:
- Di Malaysia, turnamen seperti Franchise Bowling Tournament 2024 memadukan kompetisi dengan sarapan bersama dan networking 1.
- Di Jakarta, Bowlinc PIK2 menyediakan lounge dengan live music dan menu artisanal coffee 4.
- Liga profesional seperti PBA (Professional Bowlers Association) tayang di ESPN, dengan hadiah ratusan ribu dolar!
Fakta Unik yang Bikin Geleng-Geleng
- Presiden AS Pecandu Bowling: Harry Truman memasang lintasan bowling di Gedung Putih tahun 1947. Richard Nixon bahkan bolos acara negara demi latihan!
- Bowling di Luar Angkasa: Astronot Alan Shepard melempar bola bowling di bulan (1971). Hasilnya? Bola melayang 1 km karena gravitasi lemah!
- Rahasia di Balik 10 Pin: Jumlah pin awalnya 9. Penambahan pin ke-10 pada 1895 bukan cuma untuk hindari larangan—tapi juga tingkatkan kesulitan teknis seperti split 7-10.
Penutup: Warisan Abadi dalam Setiap Guliran
Dari makam Mesir hingga proyektor AR, bowling membuktikan diri sebagai tradisi lintas peradaban. Ia terus beradaptasi: merangkul teknologi, tapi tak kehilangan jiwa sosialnya. Seperti kata legenda bowling Earl Anthony: “Bowling adalah seni mengubah energi menjadi kegembiraan.” Jadi, lain kali Anda menggenggam bola, ingat—Anda sedang memegang sepotong sejarah!
➡️ Baca Juga: 5 Tempat Bowling dengan Pemandangan Gunung Terindah di Dunia
➡️ Baca Juga: Profil Atlet Bowling Indonesia yang Bersinar di Kancah Internasional